Langsung ke konten utama

Dering Telefon Sebelum Interview

Aku lupa tepatnya kapan kejadian ini terjadi. Ini bukan tentangku, bukan juga tentang keluargaku atau teman dekatku. Ini tentang seorang pelamar kerja di kantor tempatku bekerja.

Pagi itu sekitar jam 10, aku yang hobi sekali buang hajat di kantor, terburu - buru masuk ke salah satu pintu di dalam toilet. Ada 4 pintu rest room didalam toilet kantorku. Aku ingat, saat itu sepi, tidak ada seorangpun di toilet kecuali aku. Issue - issue horror tentang kejadian di toilet tidak menyuruti semangatku untuk tetap menuntaskan hajat walau dalam hati sebenarnya takut. Tanpa pikir panjang, aku masuk ke pintu nomor 2 dari pinggir. Selang sebentar, 2 orang wanita masuk, 1 diantaranya masuk ke pintu nomor 1 disebelahku, seorang lagi menunggu di westafel sambil bercermin. Menjaga penampilan memang sangat diperlukan saat kamu akan 'mempromosikan' dirimu pada calon kantormu.

 
Picture by Google

"Hallo, iya ibu wa'alaykumsalam, ada apa kenapa ibu menangis?".

"Bu? Hallo ibu masih disana?"

"Aku masih menunggu untuk di interview bu, aku belum bisa pulang sekarang".

"Iya, aku akan segera pulang setalah interview, tapi ibu kenapa menangis??? Tolong jawab aku, bu..."

Wanita bersuara lembut ini tidak sabaran lantaran ibunya tak juga memberi tahu apa yang tengah terjadi. Setengah marah, ia memanggil kakak lelakinya di telefon.

"Abang, ibu kenapa?" Lalu hening panjang.

Aku yang saat itu tengah 'khusyuk' di salah satu bilik toilet, terpaksa ikut mendengarkan. Firasat ku mengatakan, sesuatu pasti telah terjadi pada ayah / adik wanita itu. Aku ikut tegang mendengarkan percakapan wanita itu selanjutnya. Biarpun aku tak kenal dengannya, tapi berita duka membuat kita selalu berempati pada orang jahat sekalipun.

Selang beberapa lama, tangis wanita itu pecah. Temannya terburu - buru keluar toilet menuntaskan hajatnya. Benar saja apa yang aku takutkan. Firasat wanita ada kalanya selalu tepat. Ayah wanita itu meninggal. Wanita itu panik. Dia kalut, tidak tahu harus berbuat apa. Temannya pun ikut panik. Nasib baik sungguh sedang tidak berpihak pada wanita itu & temannya. Mereka berdua terpaksa pulang saat HRD kantorku memanggil mereka untuk melakukan interview.

Aku yang dari awal 'terpaksa' ikut mendengarkan yang terjadi pada dua wanita itu, tiba - tiba lemas & menangis. Membayangkan kalau hal buruk itu terjadi padaku. Tidak. Aku tidak mungkin sekuat wanita itu yang tidak pingsan seketika & segera pulang mengetahui ayahnya telah tiada. Segera ku hapus airmata ku, berjalan gontai kembali ke meja kerja sambil berdoa semoga ayahku selalu dilindungi Allah SWT dimanapun ia berada.

Komentar