Langsung ke konten utama

Hiking Gunung Papandayan


Howdy bloggers?
Well, I'm fine.
Lama tidak menulis di blog ini. Ibarat rumah yang ditinggali cukup lama, mungkin sudah berdebu, cat - catnya sudah terkelupas, pagar - pagarnya sudah karatan. Oleh karena itu, demi ikut memperingati Hari Blogger Nasional yang jatuh pada 27 Oktober 2014 kemarin, maka terciptalah tulisan ini lagi. Bukan hanya karena itu sebenarnya, tulisan ini juga ditulis untuk mengajak segenap kaum muda - mudi untuk ikut turut merasakan keindahan alam nusantara, salah satunya dengan menjadi pecinta alam, naik gunung.

Saya Riska, beberapa bulan belakangan ini sudah menekuni hobi naik gunung. Memang baru hanya Gunung Papandayan di Jawa Barat, Gunung Gede di Bogor (itupun belum sampai puncaknya) yang saya daki, tapi saya berani menyebut diri saya pecinta alam, kenapa? Karena tidak sekalipun saya tergoda memetik bunga Edelweiss saat mendaki gunung. Tidak sedikitpun tangan saya tega memetik bunga abadi dengan warna pucatnya itu untuk kemudian dijadikan oleh - oleh saat pulang naik gunung. Dan saya bangga karena itu.

Sebulan terakhir ini saya sudah bekerja di SCTV Tower, di Nexmedia - TV Kabel SCTV, dimana wanita - wanita disana identik dengan label 'Sosialita.' Mereka para Sosialita mayoritas lebih suka berada diruangan ber-AC duduk - duduk manis di Food Court atau Cafe bercengkrama dengan kolega, percayalah, saat juga pernah seperti itu. Tapi setelah merasakan sensasinya naik gunung, saya berani bilang naik gunung lebih asik daripada sekedar menjadi bergaul menjadi Sosialita atau Fashionista. Agak miris memang, beberapa teman dikantor juga beranggapan bahwa naik gunung itu kegiatan yang sama sekali tidak asik. Capek, kotor, pegal, ribet dan kesusahan semacamnya. Saat pertama kali mendaki Gunung Papandayan, sepanjang perjalanan mendaki dari Camp David menuju Pondok Saladah, saya terus mengeluh betapa tidak menyenangkannya mendaki gunung. Bahkan saya sampai bersumpah, bahwa itu pertama kali & terakhir kalinya saya naik gunung. Tetapi oh tetapi... Saya menjilat ludah sendiri. Sesampainya dipuncak, beban carrier dipundak, dehidrasi yang berlebihan, juga lelah yang teramat sangat, hilang begitu saja. Tergantikan dengan paparan keindahan alam yang menyejukkan mata, menentramkan hati, & tentu saja membuat bibir ini tak hentinya tersenyum & mengucap syukur. Alhamdulillah...

Percayalah, sensasi naik gunung lebih menyenangkan daripada travelling ke pantai, tengah kota atau kemanapun... Udara dingin yang menusuk tulang, hawa panas yang membuat dehidrasi, angin gunung yang membuat siapapun pasti mengencangkan resletting jaketnya, ribuan bintang dilangit saat berkemah di malam hari, api unggun yang menghangatkan tubuh walau hanya sejenak karena apinya tidak tahan lama di udara yang begitu dingin, tawa - canda keberasamaan diantara sesama pendaki, susahnya menanak nasi dengan kompor portable, makan dengan lauk seadanya dengan rasa yang tidak karuan, beratnya carrier di pundak, jalur terjal yang membuat bibirmu harus mencium lututmu, jalur landai - bahkan sangat landai - yang membuatmu harus berhati - hati agar tidak terpeleset, dinginya air sungai yang bisa langsung kamu minum, bau belerang dari kawah yang masih aktif, warna - warni tenda yang indah dipandang, hutan mati, berada diatas awan, dan tentu saja padang edelweiss yang membuatmu mengucap beribu syukur bahwa kamu berhasil melihat bunga abadi itu dengan mata kepalamu sendiri langsung dari lokasi tempat tumbuhnya... Itu semua yang disajikan saat kamu naik gunung, amat sangat berbeda dengan kamu hanya travelling ke pantai, ke gua, ke pusat kota atau kemanapun.

Lihatlah beberapa foto dibawah ini, siapa tahu kamu juga tertarik. Cobalah, rasakan sensasinya mendaki, saya jamin kamu tidak akan rugi!

Matahari pukul 5:30 AM

 Puncak Gunung Cikuray pukul 5:40 AM


 
Istirahat sejenak perjalanan dari Camp David menuju Pondok Saladah

 
Berpose dibelakang kawah belerang yang masih aktif

 
Warna - warni tenda -tenda kami


 
Berpose didepan tenda

 
Makanan seadanya kami

 
Mencicipi makanan

 
Trio kwek - kwek di Pondok Saladah, bersiap menuju Tegal Alun

 
Trio kwek - kwek di Hutan Mati, salah satu pesona keindahan alam lainnya menuju puncak Tegal Alun



 
This is it! Tegal Alun, padangnya bunga Edelweiss, tempat dimana kami melakukan Upacara 17 Agustus 2014 lalu

 We Love Indonesia!



 
Berpose di Tegal Alun sesudah Upacara Bendera. Sekedar tahu, dibekalang kami itu hamparan pohon Edelweiss.



Indah bukan?
Jadi, masih enggak mau naik gunung? Masih bilang naik gunung itu menyusahkan?
Yuk Naik Gunung!

Komentar